Masyarakat Kaisabu Baru Gelar Pesta Adat Busiana Liwu , Plh Sekda Baubau La Ode Aswad Tekankan Pelestarian Pesta Adat Kaisabu Baru Tetap di Pertahankan
BAUBAU, DT – Masyarakat kelurahan Kaisabu Baru, Kecamatan Sorawolio Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar pesta adat Busiana Liwu. Tradisi ini selalu diselenggarakan secara turun-temurun setiap tahunnya sebelum para petani menanam. “Masyarakat Kaisabu Baru Gelar Pesta Adat Busiana Liwu , Plh Sekda Baubau La Ode Aswad Tekankan Pelestarian Pesta Adat Kaisabu Baru Tetap di Pertahankan.”
Pj Wali Kota Baubau Rasman Manafi yang di wakili Plh Sekertaris Daerah (Sekda) Baubau, La Ode Aswad bersama sejumlah para OPD ikut menghadiri acara ini, serta mendukung pelestarian adat tradisi yang di gelar di Baruga Kaisabu Baru. Sabtu (14/10/2023).
Dikonfirmasi Media ini usai mengikuti pesta adat Busiana Liwu, La Ode Aswad mengapresiasi masyarakat Kaisabu Baru yang telah melestarikan adat, budaya sebagai peninggalan orang tua terdahulu.
“Nah, itu konsisten dengan tugas kewenangan Kabupaten/ Kota di bidang kebudayaan, salah satunya melestarikan budaya, Inilah wujudnya,” katanya.
Adat-istiadat yang sudah berjalan ini sepatutnya menjadi aset budaya daerah yang harus dipertahankan dan dikembangkan. Pasalnya, Daerah lain masih mencari apa yang dilestarikan. Kaisabu Baru sudah punya, sehingga diharapkan pesta adat Busiana Liwu terus lestarikan oleh masyarakat dengan dukungan Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau serta peran toko adat, toko agama, toko masyarakat.
“Generasi muda mari kita mendukung, upaya baik orang tua kita, sehingga pesta adat Busiana Liwu terus dilaksanakan sampai kapan pun, oleh seluruh masyarakat, khususnya masyarakat kaisabu” katanya.
Sementara itu, Ketua lembaga adat, Arianto mengatakan, pesta adat Busiana Liwu telah dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat kaisabu baru dan masyarakat belum menanam bila orang tua kampung belum belaytaku.
“Masyarakat percaya, bila selesai pesta adat Busiana Liwu, Insyaallah hujan akan turun, masyarakat mulai menanam,” katanya.
Disamping itu, pada tahun 2014 lalu, kegiatan pesta adat Busiana Liwu kaisabu baru dirangkaikan dengan HUT Kota Baubau. Namun Karena adanya covid 19 sehingga OPD terkait tidak menganggarkan kegiatan pesta adat.
“Anggaran itu tidak melakat lagi di OPD, melainkan melekat pada dana kelurahan, Alhamdulillah kegiatan dapat berjalan dengan baik,” kata Arianto yang juga menjabat sebagai lurah Kaisabu baru.
baca juga:
- Perangkat Adat Kesultanan Buton Beri Gelar Adat dan Budaya Mia Ogena Bhawaangi I Sulawesi Tenggara pada Pj Gubernur Sultra ABR
- Wabup Butur Ahali Beri Sambutan di Pesta Panen Desa Baluarsa: Ini Merupakan Budaya Leluhur yang Harus Kita Lestarikan
Dengan demikian, pihaknya berharap semoga Pesta adat Busiana Liwu di kaisabu baru terus dipertahankan oleh generasi muda serta para toko adat, toko agama serta Pemerintah Kota (Pemkot) Baubau.
“Kami berharap generasi muda terus mempertahankan adat istiadat, Busiana Liwu sebagai peninggalan orang tua leluhur, pada zaman dahulu,” tutup.
Drs La Ode Aswad bersama rombongan yang tibah di baruga Kaisabu Baru disambut dengan Tari Mangaru, dan saat menyantap makanan yang telah disediakan, para tamu dihibur dengan musik tradisional serta Tari Linda.(*)
Berita Lainnya:
Pj Gubernur Sultra ABR Dianugerahi Gelar Adat dan Budaya Mia Ogena Bhawaangi I Sulawesi Tenggara
BAUBAU, BP-Pj Gubernur Sultra Komjen (Pol) (Purn) Dr (Hc) Andap Budi Reffianto, SIK, MH secara resmi bergelar “Mia Ogena Bhawaangi I Sulawesi Tenggara” setelah perangkat adat Kesultanan Buton Kapitalao Matanaeyo atau Panglima bagian timur lembaga adat Kesultanan Buton La Ode Muh Arsal, S.Sos, M.Si menjelaskan secara singkat tentang latar belakang pemberian gelar kehormatan adat dan budaya dan Kesultanan Buton. “Pj Gubernur Sultra ABR Dianugerahi Gelar Adat dan Budaya Mia Ogena Bhawaangi I Sulawesi Tenggara.”
Yakni berawal dari konfirmasi Pj Bupati Buton Drs La Ode Mustari, M.Si dan Pj Wali Kota Baubau Dr Muh Rasman Manafi, SP, M.Si kepada lembaga adat Kesultanan Buton terkait rencana penganuegarahan gelar kehormatan adat dan budaya Kesultanan Buton kepada Pj Gubernur Sultra di aula kantor Wali Kota Baubau Palagimata Selasa (17/10/2023).
Kemudian, kehadiran Komjen (Pol) (Purn) Dr (Hc) Andap Budhi Reffianto, SIK, MH untuk kedua kalinya di tengah-tengah masyarakat Sultra khususnya Kota Baubau yakni sebagai Kapolda Sultra periode 2016-2018. Dan sebagai Pj Gubernur Sultra ppada tanggal 5 September 2023.
Karena itu, sebagai mitra pemerintah, lembaga adat Kesultanan memberikan apresiasi dan merespon hasi konfirmasi dari kedua pejabat baik Pj Bupati Buton Drs La Ode Mustari, M.Si maupun Pj Wali Kota Baubau Dr Muh Rasman Manafi, M,Si, Sehingga, lembaga adat Kesultanan Buton berkeyakinan kehadiran Pj Gubernur Sultra untuk yang kedua kalinya di Sultra adalah benar-benar merupakan panggilan leluhur dan akan menciptakan situasi dan kondisi bagi seluruh Masyarakat Sultra Makmur dan Sejahtera.
Oleh sebab itu, berdasarkan pertimbangan tersebut maka dalam forum musyawarah adat lembaga adat Kesultanan Buton memutuskan Pj Gubernur Sultra Komjen (Pol) Dr (Hc) Andap Budhi Reffianto, SIK, MH layak dan patut untuk diberikan gelar kehormatan adat dan budaya Kesultanan Buton.
Sedangkan terkait makna gelar kehormatan adat budaya Kesultanan Buton yakni “Mia Ogena” bermakna seorang pejabat atau pemimpin atau pembesar yang memiliki kemampuan profesional pandangan jauh ke depan atau visioner, kharismatik, pengayom, jujur, amanah, fathanah dan tabligh, beriman bertaqwa kepada Allah Subhana Wataa.
“Bhawaangi I Sulawesi Tenggara” bermakna batasan wilayah atau ruang lingkup kerja yang menjadi tanggungjawab atau otoritas dalam mengelola dan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya untuk kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat dalam wilayah Provinsi Sultra.
Pj Gubernur Sultra Komjen (Pol) Purn Dr (Hc) Andap Budhi Reffianto, SIK, MH menyampaikan terima kasih kepada Sultan Buton ke-40 dr H La Ode Izat Manafa, M.Sc bersama perangkat adat dan budaya Kesultanan Buton dan sesepuh yang telah memberikan gelar adat dan budaya Kesultanan Buton “Mia Ogena Bhawaangi I Sulawesi Tenggara”
yaitu seorang pemimpin yang professional, visioner, khatismatik, mengayomi, jujur, amanah, fathonah, tabliqh, beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhana Wataalah mendedikasikan diri dalam mengelola dan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya untuk kesejahteraan dan kemakmuran seluruh rakyat di Provinsi Sultra. Dibalik semua itu, ini merupakan makna yang sangat mendalam dan tentunya yang harus diimplementasikan secara nyata.
Dikatakan, sekarang dapat terlihat secara nyata para pendahulu di Kesultanan Buton telah mewariskan nilai-nilai lurhur yang sangat positif dan saat ini sejarah mencatat Kesultanan Buton telah memiliki sistim pemerintahan yang berbeda dari kerajaan nusantara lainnya yang telah menanamkan sistim monarki yang konstitusional bukan monarki absolut sehingga terlihat sejak zaman Kesultanan Buton telah mengajarkan tentang arti yang sebenarnya dari sebuah demokrasi.
Selain itu Kesultanan Buton telah memiliki Undang-Undang sendiri lengkap dengan badan-badan yang bertindak sebagai badan eksekutif dikenal dengan Sara Pangka, legislative dengan sebutan Sara Gau, legislative Sara Bita, Penegakkan hukum di Kesultanan Buton berlaku bagi semua pihak tidak hanya rakyat jelata saja bahkan terhadap pejabat sekalipun apabiila melanggar dilakukan penegakan hukum.
“Dari sini kita belajar Hukum tiidak tajam ke bawah tapi tajam juga keatas. Penegakan hukum dari zaman dulu Kesultan Buton telah menggariskan bahwa hukum adalah sebagai panglima yang mengawal jalannya pemerintahan,”katanya.
Baca juga:
- Ini Dia Rute Karnaval Budaya Semarakkan Haroana Baubau yang Akan Digelar Sabtu 14 Oktober 2023
- Buka Pameran Baubau Ekspo 2023, Pj Wali Kota Baubau Dr Rasman Manafi Yakin Produk Lokal Baubau Berkualitas
Ditambahkan, didalam menjalani dinamika hidup, Kesultanan Buton telah memegang falsafah hidup yang meliputi agama dalam hal ini Islam, sara atau pemerintah, lipu atau negara, karo atau diri pribadi atau rakyat dan arata atau dikenal dengan harta benda.
Satu hal penting lainnya Kesultanan Buton telah memiliki alat pertukaran atau mata uang yang disebut Kampua, Disamping itu, Masyarakat Buton telah mengembangkan sistim perpajakann yang sangat baik yang dulu pajak dikumpul dengan seorang yang Namanya Tungku Weti. Bahkan, yang terpenting adalah bagaimana Kesultanan Buton berhasil mempertahankan wiilayahnya dari gempuran VOC Belanda.
Bahkan sampai akhir hayat Belanda tidak mampu menguasai Kesultanan Buton yang dikenal dengan sistim pertahanan rakyat semesta yang sudah diimplementasikan dengan baik sejak dahulu.(*)