Menakutkan, IMF & Sri Mulyani Kompak Bawa Kabar Buruk Ekonomi Dunia
JAKARTA, DT- Situasi ekonomi dunia masih terus dibayangi ketidakpastian. Pertumbuhan global diperkirakan melambat tajam dan sejumlah negara maju mengalami guncangan dahsyat.
Hal-hal tersebut di atas adalah pandangan yang sama-sama dipaparkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan International Monetary Fund (IMF) baru-baru ini.
Sri Mulyani menjelaskan, ketidakpastian dari ekonomi dunia yang terus meningkat, membuat banyak negara saat ini tidak mampu bertahan.
Pertumbuhan ekonomi global terancam akibat permintaan global yang menekan laju inflasi. Inflasi yang tinggi dan peningkatan suku bunga menjadi salah satu faktor erosi pertumbuhan ekonomi.
“Ini menggambarkan pergulatan kebijakan terutama di level makro ekonomi dan moneter masih menjadi tema yang dominan,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, dikutip Senin (3/7/2023).
“Jadi, kita lihat banyak negara yang sudah tidak mampu bertahan dalam tekanan permasalahan ekonomi dunia dan gejolak ekonomi dunia,” kata Sri Mulyani lagi.
Adapun dari posisi PMI Manufaktur, hanya 24% negara yang mampu dikategorikan ekspansif, seperti India, Filipina, Jepang, dan Tiongkok.
Kemudian sebanyak 14% dikategorikan ekspansi, yakni diantaranya Meksiko, Thailand dan Indonesia. Sementara lainnya, sebanyak 62% adalah kontraksi seperti yang terjadi pada PMI Manufaktur global.
Tekanan pelemahan ekonomi dunia disebabkan oleh ketegangan geopolitik negara besar di dunia. Rusia dan Ukraina di mana perang masih berlanjut hingga sekarang. Selanjutnya Amerika Serikat (AS) dan China yang semakin memanas.
“Utang di banyak negara terutama emerging market maupun di negara-negara maju juga menghalangi pemulihan ekonomi,” katanya.
Dengan perkembangan ini, tren pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia menjadi beragam.
Kendati demikian, kata Sri Mulyani, Indonesia termasuk negara yang memiliki pertumbuhan terkuat dan persistensi tinggi.
“Kita lihat Indonesia terus menerus mempertahankan pertumbuhan di atas 5% dalam 6% terakhir di negara lain mungkin bagus tapi merosot cukup tajam pada 2023 ini,” ujarnya.
Sementara itu, IMF memaparkan bahwa pertumbuhan global diperkirakan melambat dari 6% pada 2021 menjadi 3,2% pada 2022 dan kemudian, diperkirakan akan melemah ke 2,7% pada 2023. Ini merupakan profil pertumbuhan terlemah sejak 2001 kecuali untuk krisis keuangan global dan fase akut pandemi Covid-19.
Untuk Indonesia, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami moderasi di kisaran 5% pada 2023, setelah tumbuh 5,3% pada 2022. Proyeksi ini diungkapkan IMF dalam laporan Article IV Consultation tahun 2023 yang dirilis hari ini (26/6/2023).
IMF menegaskan bahwa penurunan ini dipicu oleh lesunya permintaan dari partner dagang Indonesia. Di sisi lain, Indonesia diperkirakan akan menghadapi tekanan dari sisi permintaan domestik.
“Pemulihan permintaan domestik pada tahun 2023 juga akan menghadapi hambatan dari kebijakan konsolidasi fiskal terkini dan sikap kebijakan moneter yang lebih ketat, yang menyebabkan pertumbuhan kredit lebih lambat,” tegas IMF.
IMF melihat inflasi Indonesia diperkirakan akan kembali ke kisaran target BI pada paruh kedua tahun 2023 dan menurun menjadi 3% pada pertengahan 2024.
baca juga: Rombongan Motor Gende (Moge) Terobos Lampu Merah di Kuningan, Netizen Geram
“Moderasi harga pangan dan energi global dan penurunan yang jelas dalam biaya pengapalan diperkirakan akan menurunkan harga impor dan inflasi utama,” tulis IMF.(*)
Ketgam: Foto: Kunjungan Sri Mulyani ke Managing Director of IMF/ Instagram : @smindrawati